1. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit :
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu terakhir dan terbesar di Indonesia.
Letaknya di Pulau Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya yang sempat melarikan
diri ke Madura bersama istrinya saat terjadi Peristiwa Mahapralaya. Kerajaan
Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik yang merupakan
pemberian Raja Jayakatwang dari Kediri. Raden Wijaya telah dimaafkan dan
dipercaya tidak bersalah atas kesalahan generasi atasnya. Pada tahun 1334,
lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk. Pada
tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22
tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Wuruk dinobatkan
sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara dan Gajah Mada diangkat
sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada,
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai
wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk pada
Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil yang belum berhasil dikuasai kerajaan
Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Raja Hayam Wuruk bersama Patih Gajah
Mada berusaha untuk menaklukan kerajaan tersebut
Namun ketika itu
Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri dari Kerajaan Sunda Galuh
yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi Dyah
Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan
Majapahit untuk menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari
kerajaan Sunda Galuh tiba di Kerajaan Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih
Gajah Mada mengira bahwa keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang
Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih Gajah Mada segera mengeluarkan pasukan dan
membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Sunda Galuh. Hanya Dyah Pitaloka yang
tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya.
tewas, Dyah Pitaloka
pun akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri.
Raja Hayam wuruk
yang mengetahui peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi marah, terlebih
ketika melihat calon istrinya mati karena bunuh diri atas kesalahpahaman
patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal karena sakit
hati. Sejak kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan Majapahit mencapai masa
kemunduran, perlahan-lahan kekuasaan Majapahit pun runtuh. Pada salah satu
versi cerita, dikisahkan Sang Patih, Gajah Mada pergi ke sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi
pertapa karena merasa bersalah pada rajanya
2. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai
merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia. Kerajaan ini terletak di
Kalimantan, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai sendiri diambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh
buah yupa merupakan sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan
sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa raja
yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman.
Mulawarman adalah
anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental
dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra Kudungga, Aswawarman, kemungkinan
adalah raja pertama kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui
sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang
artinya pembentuk Keluarga.
Putra Aswawarman
adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera
dan makmur
3. Kerajaan
Sriwijaya
Sriwijaya bukan saja
termashur karena kekuatan angkatan perangnya, melainkan juga karena merupakan
pusat ilmnu dan kebudayaan Buddha. Di sana terdapat banyak vihara dan dihuni
oleh ribuan bhikkhu. Pada Perguruan Tinggi Agama Buddha di Sriwijaya orang
dapat mengikuti selain kuliah-kuliah tentang agama Buddha juga kuliah-kuliah
tentang bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuno (Kawi). Pujangga-pujangga agama
Buddha terkenal seperti Dharmapala dan Sakyakirti pernah mengajar di Perguruan
Tinggi tersebut. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar agama Buddha di
Asia Tenggara dan memancarkan cahaya budaya manusia yang cemerlang.
Tentang agama Buddha
di Sriwijaya juga banyak diberitakan oleh sarjana agama Buddha dari Tiongkok
yang bernama I-tsing. Dalam tahun 672 ia bertolak untuk berziarah ke
tempat-tempat suci agama Buddha di India. Saat pulang Tahun 685 ia singgah di
Sriwijaya dan tinggal di sana sampai 10 tahun lamanya untuk mempelajari dan
menyalin buku-buku suci agama Buddha dalam bahasa Sansekerta ke dalam bahasa
Cina. Sriwijaya yang berada di pulau Sumatera didirikan pada ± abad ke-7 dan
dapat bertahan terus hingga tahun 1377.
4. Kerajaan
Tarumanagara
Berdirinya Kerajaan
Tarumanagara masih dipertanyakan oleh para ahli sejarah. Satu-satunya sumber
sejarah yang secara lengkap membahas mengenai Kerajaan Tarumanagara adalah
Naskah Wangsakerta. Naskah Wangsakerta tersebut masih menjadi perdebatan
diantara para sejarawan tentang keaslian isinya. Menurut Naskah Wangsakerta,
pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara lainnya didatangi
oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya
peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah
Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan
melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari
rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama
Jayasingawarman. Setelah mendapatkan
persetujuan dari raja yang
berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka
Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum.
Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun
kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga
Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang
menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan
perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk
sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.
5. Kerajaan Mataram
Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah. Disebut Bumi
Mataram, Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu,
Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai,
seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo.
Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang
sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris.
Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno
yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana.
Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa
Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan
Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.
Raja pertama
Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya
yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah
Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang
bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa
Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah
Jawa Tengah bagian selatan.
Wangsa Sanjaya
kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga,
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.
Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali
Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota
Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang merupakan saudara Pramodawardhani.
Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi
Raja disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar